Suararakyatnusantara.com – Maraknya peredaran oli palsu di Indonesia menjadi tantangan serius bagi industri otomotif, khususnya bagi produsen pelumas ternama seperti PT Pertamina Lubricants. Oli palsu tidak hanya merusak performa kendaraan, tetapi juga dapat mencoreng reputasi merek asli. Fenomena ini diperparah oleh kemasan oli palsu yang sering kali menyerupai produk asli, sehingga banyak konsumen tidak menyadari bahwa mereka menggunakan barang tiruan.
Dampak Oli Palsu bagi Kendaraan dan Konsumen
Penggunaan oli palsu dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada mesin kendaraan. “Oli palsu tidak memiliki kandungan aditif yang dibutuhkan untuk melindungi mesin, sehingga mempercepat keausan dan kerusakan komponen,” ungkap Dr. Ir. Bambang Susilo, pakar teknik mesin dari Institut Teknologi Bandung, dalam wawancara terkait kualitas pelumas. Akibatnya, konsumen tidak hanya menghadapi kerugian finansial akibat perbaikan mesin, tetapi juga risiko keselamatan di jalan.
Salah satu kasus nyata diungkapkan oleh Nurudin, Manager Quality Assurance PT Pertamina Lubricants. “Kami pernah menangani keluhan konsumen yang mesin kendaraannya rusak parah meski baru menempuh jarak kurang dari 1.000 kilometer. Setelah diperiksa, mesin dipenuhi jelaga hitam dan oli mengental seperti gel, yang ternyata tidak mengandung aditif sama sekali,” jelasnya saat kunjungan media ke fasilitas Production Unit Jakarta (PUJ) di Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada November 2022. Kasus ini menunjukkan betapa berbahayanya oli palsu bagi performa kendaraan.
Selain kerusakan mesin, oli palsu juga berdampak pada reputasi merek. Banyak konsumen yang salah mengira oli asli berkualitas buruk karena performa kendaraan menurun, padahal mereka menggunakan produk tiruan. Hal ini mendorong produsen seperti Pertamina Lubricants untuk meningkatkan upaya perlindungan terhadap produk mereka.
Upaya Produsen Mengatasi Oli Palsu
Untuk melawan peredaran oli palsu, PT Pertamina Lubricants telah menerapkan sejumlah strategi. Salah satunya adalah meningkatkan fitur keamanan pada kemasan produk, seperti hologram, kode unik, atau segel khusus yang sulit ditiru. “Kami terus berinovasi untuk memastikan konsumen mendapatkan produk asli. Fitur keamanan ini membantu membedakan oli Pertamina asli dari yang palsu,” kata Nurudin.
Selain itu, Pertamina juga aktif melakukan edukasi kepada konsumen melalui kampanye dan kerja sama dengan bengkel resmi. “Konsumen perlu memahami cara mengenali oli asli, seperti membeli dari distributor terpercaya dan memeriksa kemasan dengan cermat,” tambah Dr. Bambang. Produsen juga bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk menindak pelaku peredaran oli palsu, meskipun tantangan ini masih kompleks karena tingginya permintaan pasar.
Tips bagi Konsumen untuk Menghindari Oli Palsu
Agar terhindar dari risiko oli palsu, konsumen dapat mengambil langkah-langkah berikut:
- Beli dari Sumber Terpercaya: Pastikan membeli oli dari distributor resmi, bengkel terpercaya, atau toko yang memiliki reputasi baik.
- Periksa Kemasan dengan Teliti: Cek fitur keamanan seperti hologram, kode unik, atau segel pada kemasan. Oli palsu sering kali memiliki kemasan yang kurang rapi atau berbeda dari aslinya.
- Waspadai Harga yang Terlalu Murah: Harga oli yang jauh di bawah pasar sering menjadi indikasi produk palsu.
- Kenali Tanda Kerusakan Mesin: Jika mesin kendaraan menunjukkan gejala seperti suara berisik atau performa menurun setelah penggantian oli, segera periksa keaslian oli yang digunakan.
Peredaran oli palsu merupakan ancaman serius bagi konsumen dan industri otomotif di Indonesia. Dampaknya tidak hanya merusak mesin kendaraan, tetapi juga mencoreng reputasi merek pelumas asli. Dengan inovasi teknologi kemasan, edukasi konsumen, dan penegakan hukum, produsen seperti PT Pertamina Lubricants berupaya keras melindungi konsumen dari bahaya oli palsu.
Seperti yang dikatakan Dr. Bambang, “Kewaspadaan konsumen adalah kunci utama untuk memastikan kendaraan tetap terlindungi dengan oli berkualitas.” Dengan langkah preventif yang tepat, konsumen dapat menikmati performa kendaraan yang optimal tanpa khawatir akan produk tiruan.(*)