Suararakyatnusantara.com, New Delhi – Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik Air India penerbangan AI171 jatuh sesaat setelah lepas landas dari Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel, Ahmedabad, India, pada Kamis, 12 Juni 2025, menewaskan 241 dari 242 penumpang dan awak serta puluhan warga di darat.
Insiden ini, yang menjadi kecelakaan pesawat terparah dalam satu dekade, memicu duka mendalam dan memunculkan pertanyaan besar tentang keselamatan penerbangan.
Kronologi Kecelakaan dan Dampaknya
Penerbangan AI171, yang bertujuan ke London Gatwick, membawa 230 penumpang dan 12 awak, termasuk 169 warga India, 53 warga Inggris, tujuh warga Portugal, dan satu warga Kanada. Pesawat jatuh di kawasan permukiman dekat bandara, menabrak asrama mahasiswa kedokteran di kompleks BJ Medical College, dan meledak menjadi bola api. Sedikitnya 38 warga sipil di darat tewas, menjadikan total korban mencapai sekitar 279 orang. Hanya satu penumpang di kursi 11A yang selamat, sementara enam lainnya luka-luka dan dirawat di rumah sakit.
“Tragedi ini sangat menghancurkan. Kami berduka dan berkomitmen mendukung keluarga korban,” ujar CEO Air India Campbell Wilson dalam pernyataan resminya, Kamis (19/6/2025). Tata Group, pemilik Air India, mengumumkan kompensasi sebesar Rs 1 crore (setara Rp 1,8 miliar) untuk keluarga korban di darat dan penumpang.
Investigasi Berlangsung Intensif
Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India (AAIB) memimpin penyelidikan dengan dukungan tim dari Boeing, US National Transportation Safety Board (NTSB), dan Federal Aviation Administration (FAA). Kedua kotak hitam—perekam suara kokpit (Cockpit Voice Recorder) dan perekam data penerbangan (Flight Data Recorder)—telah ditemukan, meskipun mengalami kerusakan berat. Data dari kotak hitam ini akan dianalisis di laboratorium NTSB di Washington, AS, untuk mengungkap penyebab kecelakaan.
Fokus awal investigasi tertuju pada mesin, flaps, dan roda pendaratan pesawat. Laporan terbaru menyebutkan sistem tenaga darurat (ram air turbine) kemungkinan aktif saat kecelakaan, memunculkan spekulasi tentang masalah mesin. Namun, Air India menegaskan pesawat dalam kondisi prima, dengan pemeriksaan besar terakhir pada Juni 2023 dan mesin baru yang dirombak pada Maret dan April 2025.
“Pesawat ini memiliki riwayat perawatan yang bersih. Tidak ada tanda-tanda masalah sebelum penerbangan,” kata Wilson, menepis spekulasi awal tentang kegagalan teknis.
Puji Syukur untuk Pilot
Kapten Sumeet Sabharwal, pilot berpengalaman dengan lebih dari 10.000 jam terbang, dipuji karena diduga mengarahkan pesawat menjauhi kawasan padat penduduk, berpotensi menyelamatkan ratusan nyawa. Kopilot Clive Kunder juga memiliki pengalaman signifikan dengan 3.400 jam terbang.
Dampak pada Operasional Air India
Pasca-kecelakaan, Air India menghadapi gangguan operasional besar. Maskapai membatalkan 66 penerbangan Boeing 787 dan menunda beberapa lainnya karena inspeksi keselamatan intensif yang diperintahkan oleh Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil India (DGCA). Dari 33 pesawat Dreamliner, 26 telah lolos pemeriksaan tanpa ditemukan masalah keselamatan signifikan, meskipun DGCA menyoroti koordinasi internal yang perlu diperbaiki. Air India juga mengurangi 15% penerbangan internasional jarak jauh mulai Sabtu, 21 Juni 2025.
Insiden terbaru melibatkan penerbangan AI315 dari Hong Kong ke New Delhi yang kembali ke bandara asal pada Senin (16/6/2025) setelah pilot mendeteksi masalah teknis. Pesawat mendarat dengan selamat, tetapi kejadian ini menambah sorotan pada armada Boeing 787 Air India.
Respons Publik dan Tren Terkini
Tragedi ini memicu perhatian global, dengan Raja Charles III menyampaikan penghormatan kepada korban. Di media sosial, topik “kecelakaan pesawat Air India” dan “Boeing 787 crash” trending di X, mencerminkan kekhawatiran publik tentang keselamatan penerbangan. Pencarian Google untuk “kecelakaan Air India Ahmedabad” dan “penyebab kecelakaan Boeing 787” melonjak, menunjukkan minat besar terhadap perkembangan investigasi.
Hingga kini, 215 korban telah diidentifikasi melalui tes DNA, dengan 15 jenazah dipulangkan ke keluarga. Proses investigasi diharapkan selesai dalam tiga bulan, dengan laporan resmi yang akan menentukan langkah selanjutnya untuk mencegah tragedi serupa. (*)
