Suararakyatnusantara.com – Pendiri Microsoft, Bill Gates, secara resmi mengumumkan rencana besar yang akan mengubah arah filantropi global. Melalui sebuah unggahan di blog pribadinya pada Kamis (8/5/2025), Gates menyatakan akan mendonasikan 99 persen dari total kekayaannya selama dua dekade ke depan, dengan tenggat waktu hingga tahun 2045. Seluruh donasi tersebut akan disalurkan melalui lembaga filantropinya, Bill & Melinda Gates Foundation.
Langkah ini sekaligus menandai keputusan besar lainnya: yayasan Gates Foundation akan secara resmi ditutup pada 31 Desember 2045. Gates menyebut bahwa keputusan ini dibuat demi menciptakan dampak lebih cepat terhadap isu-isu global yang mendesak seperti kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan, dibandingkan mempertahankan yayasan untuk jangka waktu tak terbatas.
Berdasarkan laporan BBC (9/5/2025), Gates memperkirakan total kekayaannya saat ini mencapai USD 108 triliun atau sekitar Rp1.784 kuadriliun. Dalam grafik yang dibagikannya, ia menunjukkan bahwa kekayaan tersebut akan terus menyusut hingga hampir nol pada 2045, seiring proses distribusi donasi yang terus dipercepat.
Komitmen Bill Gates dan Inspirasi dari Andrew Carnegie
Gates menjelaskan bahwa motivasi utamanya dalam mendonasikan kekayaan adalah keyakinan moral bahwa tidak seharusnya seseorang meninggal dalam keadaan masih menyimpan kekayaan berlebih. Ia terinspirasi dari esai “The Gospel of Wealth” yang ditulis oleh industrialis Amerika abad ke-19, Andrew Carnegie.
“Orang-orang akan mengatakan banyak hal tentang saya ketika saya meninggal, tetapi saya bertekad tidak akan menjadi salah satu dari ‘dia meninggal dalam keadaan kaya’,” ujar Gates, mengutip pernyataan Carnegie bahwa “Orang yang mati dalam keadaan kaya akan mati dalam keadaan memalukan.”
Gates juga menyebutkan bahwa keputusan mempercepat proses donasi ini muncul setelah menimbang tantangan global yang kian kompleks. Ia percaya generasi baru miliarder dalam dua dekade mendatang dapat menghadapi tantangan yang akan datang dengan lebih efektif.
Perubahan Strategi dan Anggaran Yayasan
Sebelumnya, Gates dan mantan istrinya, Melinda French Gates, berencana agar Gates Foundation tetap beroperasi jauh setelah mereka meninggal. Namun kini, strategi berubah: yayasan ditargetkan menghabiskan seluruh dana hingga tahun 2045, dengan peningkatan anggaran tahunan dari USD 6 miliar menjadi USD 9 miliar.
Sejak berdiri pada tahun 2000, Gates Foundation telah menyumbangkan lebih dari USD 100 miliar (Rp1,6 kuadriliun) untuk program-program global, termasuk pemberantasan penyakit menular, peningkatan pendidikan, hingga penanggulangan perubahan iklim. Gates kini menargetkan yayasan dapat menggandakan jumlah tersebut dan menyumbangkan tambahan USD 200 miliar hingga batas waktu penutupan.
Tujuan Besar 20 Tahun ke Depan
Dalam blognya, Gates memaparkan beberapa tujuan prioritas yayasan selama dua dekade mendatang, di antaranya:
- Menurunkan angka kematian ibu dan anak akibat penyakit yang dapat dicegah
- Memberantas penyakit seperti malaria, polio, campak, dan cacing Guinea
- Meningkatkan akses pendidikan dan hasil pertanian di Afrika untuk mengurangi angka kemiskinan secara signifikan
Meski optimistis, Gates tetap menyadari bahwa kesuksesan inisiatif tersebut tak bisa dicapai sendiri. “Semua kemajuan ini tidak mungkin terjadi tanpa kerja sama dari pemerintah,” tulisnya dalam kutipan yang diambil dari CNBC (8/5/2025).
Tanggapan dan Kritik Publik
Kendati banyak pihak memuji inisiatif Gates sebagai langkah besar dalam dunia filantropi, kritik pun muncul. Beberapa pengamat menyatakan kekhawatiran bahwa status amal yayasan dimanfaatkan untuk menghindari pajak. Selain itu, yayasan juga dinilai memiliki pengaruh yang terlalu besar terhadap kebijakan kesehatan global.
Namun Gates menegaskan, langkah ini bukan tentang memperpanjang pengaruh, melainkan upaya nyata untuk memberikan dampak signifikan terhadap jutaan nyawa di dunia.
Langkah Bill Gates untuk menyumbangkan 99 persen kekayaannya sekaligus menutup operasional Gates Foundation pada 2045 menjadi salah satu momen penting dalam sejarah filantropi modern. Dengan fokus pada urgensi dan keadilan sosial, keputusan ini berpotensi membawa perubahan besar dalam penanganan berbagai krisis global, asalkan mendapat dukungan luas dari sektor pemerintah dan masyarakat dunia.(*)