Kim Kardashian Didiagnosis Aneurisma Otak Jelang Ultah Ke-45, Dokter Ungkap Stres Jadi Pemicu Utama!

admin
6 Min Read

Suararakyatnusantara.com, Jakarta – Bintang reality show dan pengusaha kenamaan, Kim Kardashian, menggemparkan publik dengan pengakuan mengejutkan mengenai kondisi kesehatannya. Menjelang perilisan musim terbaru serial keluarganya, The Kardashians, dan perayaan ulang tahunnya yang ke-45, Kim mengungkapkan bahwa dirinya didiagnosis menderita Aneurisma Otak. Pengumuman ini sontak menarik perhatian global, tidak hanya dari para penggemarnya, tetapi juga dari kalangan medis yang menyoroti betapa berbahayanya kondisi tersebut.

Kabar mengenai diagnosis Kim Kardashian Aneurisma ini terkuak dalam cuplikan (teaser) The Kardashians musim ketujuh. Dalam tayangan tersebut, Kim terlihat menjalani pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk memeriksa kondisi di kepalanya. Meskipun belum ada keterangan resmi lebih lanjut mengenai tingkat keparahan atau tindakan medis yang telah diambil, ia sempat menyebutkan bahwa dokter mengaitkan kondisi tersebut dengan tingkat stres tinggi yang dialaminya belakangan ini.

Penyakit ini, yang dikenal juga sebagai Aneurisma Serebral, merupakan kondisi serius yang memerlukan perhatian medis segera jika pecah. Mengingat sebagian besar kasus aneurisma tidak menunjukkan gejala hingga mencapai tahap kritis, diagnosis Kim Kardashian menjadi pengingat penting bagi publik mengenai perlunya pemeriksaan kesehatan otak secara rutin dan bahaya dari faktor-faktor gaya hidup, seperti stres berkepanjangan.

Jangan lewatkan  Pembangunan Stadion Internasional Sudiang Dimulai 2025, Tahap Pertama Siap Dijalankan

Apa Sebenarnya Aneurisma Otak?

Aneurisma otak adalah pembengkakan atau pelebaran abnormal yang terjadi pada dinding pembuluh arteri di otak. Profesor Anatomi dari Lancaster University, Adam Taylor, menjelaskan bahwa kondisi ini muncul akibat melemahnya lapisan dinding pembuluh darah.

“Aneurisma adalah pembengkakan atau pelebaran pada dinding pembuluh arteri akibat melemahnya lapisan dinding pembuluh darah,” ujar Profesor Taylor, seperti dilansir dari Science Alert, Selasa (28/10/2025).

Meskipun pembengkakan pembuluh darah ini dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, seperti aorta atau leher, ketika terjadi di otak, kondisi ini disebut aneurisma serebral. Potensi fatalitas kondisi ini terletak pada risikonya menyebabkan pendarahan otak (stroke hemoragik) jika pembuluh darah yang membengkak tersebut pecah. Pecahnya aneurisma dapat merusak sistem pelindung alami otak, yakni blood-brain barrier (penghalang darah-otak), yang berfungsi mencegah darah bersentuhan langsung dengan jaringan otak, sehingga memicu kerusakan saraf yang sangat serius.

Faktor Risiko Utama: Perempuan, Genetik, dan Stres

Diagnosis yang dialami Kim Kardashian, yang merupakan seorang perempuan, sejalan dengan temuan medis yang menyebut bahwa perempuan memiliki risiko Aneurisma Otak sekitar 60 persen lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Risiko ini bahkan meningkat drastis setelah menopause karena penurunan kadar hormon estrogen. Estrogen diketahui berperan penting dalam menjaga elastisitas dan kekuatan dinding pembuluh darah.

Selain jenis kelamin, faktor genetik dan riwayat keluarga juga memegang peranan besar. Menurut Taylor, seseorang yang memiliki dua kerabat dekat—orang tua, anak, atau saudara kandung—yang pernah mengalami aneurisma memiliki peluang 11 persen lebih tinggi untuk mengalami hal serupa. Beberapa kelainan genetik yang dapat meningkatkan risiko melemahnya pembuluh darah antara lain:

  • Sindrom Marfan, ditandai dengan persendian yang sangat lentur dan risiko gangguan jantung yang tinggi.
  • Sindrom Ehlers-Danlos, menyebabkan jaringan pembuluh darah melemah serta kulit dan sendi menjadi terlalu lentur.
  • Neurofibromatosis tipe 1, menimbulkan pertumbuhan jinak di sepanjang saraf yang berpotensi melemahkan dinding arteri.
  • Sindrom Loeys-Dietz, yang menyebabkan arteri di dalam tubuh berputar dan melebar secara tidak normal.
Jangan lewatkan  Redmi Note 15 5G Dibanderol 2 Jutaan: Bawa Chipset Gaming Snapdragon Gen 3, Layar Sultan 3200 Nits, dan Tahan Air IP68!

Pengaruh Gaya Hidup dan Dampak Stres

Gaya hidup juga menjadi kontributor besar terhadap Penyebab Aneurisma Otak. Profesor Taylor menyebutkan bahwa merokok, baik aktif maupun riwayat mantan perokok, memiliki kaitan erat dengan pelemahan pembuluh darah. “Meski berhenti merokok dapat menurunkan risiko, efek kerusakan pada pembuluh darah tidak sepenuhnya hilang,” tambahnya. Kolesterol dan tekanan darah tinggi juga diketahui mempercepat kerusakan pada dinding arteri.

Meskipun Kim Kardashian menyebut stres sebagai penyebab utama, stres emosional tidak secara langsung memicu aneurisma. Namun, stres dapat meningkatkan tekanan darah, yang pada gilirannya memperburuk kondisi pembuluh darah yang sudah melemah. Selain itu, penggunaan narkoba, terutama kokain, dapat meningkatkan tekanan darah secara drastis dan menyempitkan pembuluh darah, memperbesar kemungkinan aneurisma untuk pecah.

Gejala yang Sering Diabaikan dan Penanganan Medis

Aneurisma otak sering dijuluki “bom waktu” karena sering kali tidak menunjukkan Gejala Aneurisma Serebral hingga mencapai ukuran yang signifikan atau pecah.

Aneurisma yang pecah biasanya ditandai dengan:

  • Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba (thunderclap headache).
  • Mual dan muntah.
  • Penurunan kesadaran.
  • Gangguan koordinasi.

Sementara aneurisma yang belum pecah dapat menimbulkan gejala ringan akibat tekanan pada saraf di sekitarnya, meliputi penglihatan ganda atau kabur, telinga berdenging, nyeri di sekitar mata, dan kekakuan leher.

Apabila terdeteksi melalui pemindaian medis, dokter akan mengukur ukurannya untuk menilai risiko pecah: Aneurisma yang berukuran di bawah 7 mm memiliki risiko pecah yang sangat kecil, sedangkan yang melebihi 25 mm (giant aneurysm) memiliki risiko sangat tinggi.

Tidak semua kasus memerlukan operasi. Aneurisma kecil yang stabil biasanya hanya dipantau secara rutin. Namun, aneurisma yang besar atau yang menunjukkan tanda-tanda pemburukan harus segera ditangani, baik dengan operasi clipping (penjepitan) atau pemasangan coil untuk mencegah pecah.

Jangan lewatkan  Inter Milan Serius Incar Ange-Yoan Bonny dari Parma, Targetkan Rampung Sebelum Piala Dunia Antarklub

“Karena aneurisma sering tidak menimbulkan gejala hingga tahap berbahaya, setiap perubahan mendadak pada fungsi saraf sebaiknya segera diperiksakan ke dokter,” tutup Profesor Taylor. Menjaga tekanan darah tetap stabil, menghindari rokok, dan mengelola stres adalah langkah-langkah pencegahan komplikasi yang krusial.(*)

Bagikan artikel ini
Tinggalkan komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *