Suararakyatnusantara.com, Jakarta – Musim ini, Inter Milan memulai kompetisi tanpa embel-embel favorit juara. Namun, performa impresif sepanjang musim membuktikan bahwa klub asal Italia ini masih layak diperhitungkan di antara tim-tim elite Eropa. Dengan formasi inti yang sebagian besar diisi pemain berusia kepala tiga, Inter kini berdiri di ambang sejarah.
Laga penentuan melawan Paris Saint-Germain (PSG) menjadi momen penting bagi Inter—yang sempat gagal mengangkat trofi Liga Champions pada final 2023 di Istanbul. Sang pelatih Simone Inzaghi menilai pertandingan kali ini sebagai kesempatan langka untuk membayar lunas kegagalan tahun lalu. Dalam konferensi pers awal pekan ini, Inzaghi menegaskan bahwa seluruh tim sadar mereka hanya selangkah lagi dari pencapaian monumental.
Inter Milan Berbekal Pengalaman, PSG Andalkan Kekuatan Finansial dan Energi Muda
Inter Milan akan menghadapi salah satu kekuatan finansial terbesar di dunia sepak bola, PSG. Klub asal Prancis ini memiliki deretan bintang yang berpengalaman tampil di final dan dipimpin oleh pelatih kawakan Luis Enrique, yang pernah membawa Barcelona menjuarai Liga Champions pada 2015.
Meski memiliki keunggulan dari sisi pengalaman, Inter harus menghadapi tantangan besar dari segi kebugaran. Skuad utama Nerazzurri memiliki rata-rata usia 30 tahun. Beberapa pemain kunci seperti Henrikh Mkhitaryan (36), Francesco Acerbi (37), dan Yann Sommer (36) menjadi sorotan utama. Di sisi lain, PSG lebih segar secara fisik dengan pemain tertuanya di starting XI adalah Marquinhos yang baru berusia 31 tahun.
Inzaghi mengakui bahwa pengalaman dari laga final tahun lalu bisa menjadi nilai tambah, tetapi ia juga tidak menutup mata bahwa PSG memiliki skuad yang pernah merasakan atmosfer final dan mampu meraih kemenangan.
Jatuh-Bangun di Kompetisi Domestik, Fokus Penuh di Liga Champions
Perjalanan Inter di kompetisi domestik juga tak kalah dramatis. Mereka sempat memimpin klasemen Serie A dengan keunggulan tiga poin atas Napoli. Namun, kekalahan beruntun dalam satu pekan membuat posisi puncak melayang dan mimpi juara Coppa Italia kandas setelah disingkirkan AC Milan di semifinal.
Meski begitu, Inzaghi tetap bangga terhadap perjuangan anak asuhnya. Dalam pernyataan kepada media, ia menyebut bahwa para pemain telah memberikan segalanya dari 59 laga yang dijalani musim ini tanpa memilih kompetisi tertentu untuk diprioritaskan. “Kami mencoba menang di setiap pertandingan,” ujar Inzaghi.
PSG Diunggulkan, Namun Mentalitas Inter Tak Bisa Diremehkan
PSG diunggulkan dengan rasio kemenangan antara 1.50 hingga 1.65. Sementara peluang Inter berkisar pada 2.20 hingga 2.30. Meskipun bukan favorit di atas kertas, Inter sudah membuktikan diri sebagai tim penuh kejutan.
Sejak kekalahan di final 2023, Inter mampu bangkit di tengah keterbatasan. Kehilangan beberapa pemain bintang dan adanya pergantian kepemilikan klub tidak menyurutkan semangat tim untuk tetap kompetitif. Mereka lebih mengandalkan kekompakan internal dibanding nama besar. Sebaliknya, PSG tetap menjadi tim bertabur bintang yang baru saja menjuarai Ligue 1 untuk ke-13 kalinya.
Akhir Penantian atau Mimpi yang Kandas Lagi?
Hanya 90 menit yang memisahkan kedua tim dari pintu gerbang sejarah. Inter Milan ingin menebus kegagalan lalu, sementara PSG bertekad membuktikan bahwa dominasi di Prancis bisa dibawa ke pentas Eropa. Di tengah usia yang tak lagi muda, akankah Inter membuktikan bahwa semangat dan pengalaman masih mampu mengalahkan kekuatan finansial dan kebugaran?
Apapun hasilnya, laga ini akan menjadi ajang pembuktian sejati—bagi dua tim, dua pelatih, dan dua filosofi berbeda dalam sepak bola modern.(*)