Suararakyatnusantara.com, Jakarta – Indonesia dan China resmi meluncurkan Laboratorium Riset Bersama sebagai bentuk kolaborasi strategis dalam pengembangan teknologi berkelanjutan. Inisiatif ini diumumkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Global pertama tentang Pembangunan Bersama Belt and Road Berkualitas Tinggi yang digelar baru-baru ini. Peluncuran ini menandai langkah besar dalam sinergi lintas negara antara institusi pendidikan tinggi dan industri dalam mewujudkan pembangunan ramah lingkungan serta ekonomi sirkular.
Laboratorium ini merupakan hasil kolaborasi antara GEM — perusahaan daur ulang terbesar di China — dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Central South University (CSU), serta pendirian Akademi Metalurgi Masa Depan GEM–Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta. Kolaborasi strategis ini menitikberatkan pada penguatan riset teknologi metalurgi dan pengembangan sumber daya manusia unggul, sejalan dengan target pembangunan berkelanjutan dan Visi Indonesia Emas 2045.
Dalam siaran resmi yang dikutip Rabu (28/5/2025), Pendiri dan Ketua GEM Group, Profesor Xu Kaihua, menyatakan bahwa kerja sama antara GEM, ITB, dan CSU merupakan langkah nyata dari keterbukaan kerja sama teknologi antara China dan Indonesia. Ia menekankan pentingnya kesamaan nilai ESG (Environmental, Social, and Governance) sebagai dasar dari kolaborasi ini.
“Kolaborasi GEM, ITB, dan CSU berangkat dari nilai ESG yang sama. Ini pencapaian luar biasa dari kerja sama terbuka antara China dan Indonesia,” kata Xu saat forum yang digelar oleh United Nations Global Compact (UNGC) bersama Pemerintah Indonesia.
Laboratorium Riset Bersama ini dirancang sebagai platform kolaborasi antara universitas dan dunia industri. Inovasi akan dikembangkan melalui tiga sistem laboratorium, yakni laboratorium skala kecil, menengah, dan uji coba, guna menghasilkan teknologi metalurgi terbaru yang dapat langsung diterapkan secara industri.
Xu meyakini bahwa laboratorium ini akan mampu melahirkan berbagai solusi teknologi dari “rak buku ke rak toko” dan mencetak lulusan doktor berkualitas tinggi yang dapat mendorong kemajuan industri energi global.
Terdapat tiga target utama yang ditetapkan hingga tahun 2030, yakni:
- Menghasilkan lebih dari 100 hasil inovasi dan 500 paten per tahun, dengan total target 3.000 paten global dalam lima tahun ke depan.
- Melahirkan 100 doktor teknik, 1.000 master, dan 10.000 tenaga teknis profesional guna menunjang visi pembangunan jangka panjang Indonesia.
- Menyediakan energi hijau dan solusi berkelanjutan bagi negara-negara yang tergabung dalam inisiatif Belt and Road.
Rektor UNU Yogyakarta, Profesor Widya, menyambut positif kolaborasi ini dan menyebut Akademi Metalurgi Masa Depan sebagai pusat unggulan global dalam bidang pendidikan, riset, dan kebijakan metalurgi basah. Ia menilai akademi ini akan menjadi fondasi penting dalam mendidik generasi baru ahli metalurgi sekaligus memperkuat ekosistem industri energi dan logam di kawasan Asia.
Sementara itu, Rektor ITB, Profesor Tatacipta, menyampaikan apresiasinya terhadap GEM dan Xu Kaihua atas komitmennya dalam mendukung pengembangan riset. Ia menyebut kehadiran laboratorium ini sebagai “lompatan besar” dalam riset material dan energi di Indonesia. Menurutnya, kerja sama tripartit GEM–ITB–CSU merupakan model kolaborasi strategis antara universitas dan industri dalam konteks inisiatif Belt and Road.
Proyek ini turut menetapkan dua proyek unggulan GEM sebagai percontohan kolaborasi teknologi dan budaya, yang juga didukung dalam Platform Aksi “Belt and Road”. Proyek-proyek tersebut bertujuan mempercepat adopsi teknologi hijau dan mencetak SDM unggul yang berkontribusi pada keberlanjutan global.
Peluncuran Laboratorium Riset Bersama ini dinilai sebagai langkah konkret memperkuat diplomasi pendidikan dan teknologi antara China dan Indonesia. Dengan target ambisius yang ditetapkan hingga tahun 2030, kerja sama ini diharapkan menjadi motor penggerak inovasi, penciptaan lapangan kerja berbasis teknologi, serta dukungan nyata bagi agenda transisi energi global.
Jika berhasil mencapai tujuannya, proyek ini dapat menjadi contoh sukses kerja sama internasional di bidang riset dan pengembangan teknologi, khususnya dalam konteks pertumbuhan ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan.(*)